Rabu, 24 Oktober 2012

Kilas Sejarah Kelapa Sawit 2

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848, saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mamitius dan Amsterdam lalu ditanam di kebun Raya Bogor. Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial.
 Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet (orang Belgia). Bididaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 Ha. Pada tahun 1919 mengekspor minyak sawit sebesar 576 ton dan pada tahun 1923 mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bisa menggeser dominasi ekspor Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawitpun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 / 1949, pada hal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit. Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan). Untuk mengamankan jalannya produksi, pemerintah meletakkan perwira militer di setiap jenjang manajemen perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL (Buruh Militer) yang merupakan kerja sama antara buruh perkebunan dan militer. Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia. Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton. Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN). PKS Negeri Lama ini adalah milik PT. Socfin Indonesia yang berkedudukan di Medan. PKS ini adalah salah satu dari PKS-PKS yang dimiliki PT. Socfin Indonesia yang tersebar di Provinsi Nangro Aceh Darussalam dan Provinsi Sumatera Utara. Saya tidak tahu pasti kapan PKS ini dibangun dan dioperasikan. Saya mendapat petunjuk dari sebuat pelat nama(name plate) boiler yang sudah saya perbaiki beberapa bulan yang lalu. Dari pelat nama tersebut saya dapati bahwa boiler yang ada dioperasikan mulai tahun 1927. Boilerya pun masih sangat sederhana, hanya pakai 1 lorong api, tanpa fire tube. Jumlahnya 4 unit, dan semuanya masih beroperasi dengan baik. Boiler ini tidak dipergunakan untuk memutar turbin yang menhasilkan listrik, tetapi hanya dipergunakan untuk proses, 6 bar sudah cukup. Jika saya hitung dari kapasitas boiler yang ada, pabrik ini mempunyai kapasitas terpasang sebesar 10 ton Tandan Buah Segar (TBS) perjam. Pabrik ini berlokasi di Daerah yang disebut Negeri Lama, Kecanmatan Bilah Hilir, Kabupaten Labuhan Batu, Propinsi Sumatera Utara. Naik mobil dapat ditempuh selam kurang lebih 6 jam dari Medan. Untuk mencapai pabrik kita harus menyeberangi Sungai Bilah dengan menggunakan ponton. Lokasi ponton 2 km sebelum pabrik. Ponton ini dibuat dan dioperasikan oleh PT. Socfindo. Ponton ini mampu dilewati oleh truk berkapasitas 7500 kg. Selain untuk keperluan operasional perusahaan, ponton ini juga dipergunakan untuk keperluan masyarakat. Menurut saya pabrik ini sudah tidak layak lagi dioperasikan jika dilihat dari aspek teknik. Bahkan, jika air Sungai Bilah meluap, maka pabrikpun akan tergenang banjir setinggi 20 cm. Akses menuju pabrikpun harus pakai sampan. Dahulu, orang-orang Belgia membangun pabrik ini melalui jalan laut, yaitu dari Belawan. Menurut para pensiunan pabrik ini, dari Belawan ke Negri lama dapat ditempuh selama 3 hari. Selengkapnya...

Senin, 03 Oktober 2011

Flow Chart Pabrik Kelapa Sawit

Flow chart PKS menggunakan Horizontal Sterilizer


 Flow chart PKS menggunakan Vertical Sterilizer
Selengkapnya...

Selasa, 27 September 2011

Evaluasi Lahan



  • Tahap awal dari pembukaan perkebunan kelapa sawit adalah melakukan evaluasi lahan. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan terhadap satuan lahan yang telah ditetapkan berdasarkan hasil survei tanah. Evaluasi kesesuaian lahan didahului oleh kegiatan survei dan pemetaan tanah untuk mendeskripsikan satuan-satuan lahan. Evaluasi kesesuaian lahan didasarkan pada penilaian beberapa karakteristik lahan yang disesuaikan dengan syarat tumbuh tanaman kelapa sawit.

  • Pembangunan kebun kelapa sawit yang tidak didahului dengan evaluasi kesesuaian lahan akan menimbulkan banyak masalah pada waktu mendatang, khususnya yang berkaitan dengan kultur teknis, sehingga akan meningkatkan biaya pengelolaan kebun. Apabila evaluasi kesesuaian lahan dilakukan, maka berbagai faktor pembatas lahan dapat diatasi secara dini.

  • Hasil evaluasi kesesuaian lahan bermanfaat dalam pengelolaan kebun kelapa sawit, khususnya untuk mencapai produktivitas tanaman sesuai dengan potensi lahannya.
Selengkapnya...

Tentang Tanaman Kelapa Sawit

Minyak sawit berasal dari buah pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis), suatu spesies tropis  yang berasal dari Afrika Barat, namun kini tumbuh sebagai hibrida di banyak belahan dunia, termasuk Asia Tenggara dan Amerika Tengah. Minyak sawit menjadi minyak pangan yang paling banyak diperdagangkan secara internasional pada tahun 2007. Minyak yang relative murah ini digunakan untuk berbagai tujuan. Permintaan dunia akan minyak sawit telah melonjak dalam dua dasawarsa terakhir, pertama karena penggunaannya dalam bahan makanan, sabun, dan produk-produk konsumen lainnya, dan belakangan ini sebagai bahan baku mentah bahan bakar nabati. Naiknya tingkat kemakmuran di India dan Cina, kedua Negara importir terbesar di dunia, akan menambah permintaan akan minyak sawit dan minyak sayur yang dapat dimakan lainnya untuk berbagai kegunaan. Buah sawit adalah sumber bahan baku CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). CPO dihasilkan dari daging buah sawit, sedangkan PKO dihasilkan dari inti buahnya.   Sebuah alternatif sumber bahan baku potensial yang cukup banyak tersedia telah muncul, yaitu produk samping biomassa non-kelas pangan buah kelapa sawit dan produksi minyak sawit. Ini bukanlah sekedar menggunakan minyak dari buah kelapa sawit, melainkan mengkonversi seluruh biomassa yang diambil dari perkebunan kelapa sawit menjadi sumber  energi terbarukan. Dengan menggunakan biomassa dari perkebunan maupun sisa pengolahan dari produksi minyak sawit (serat, kulit, efluen pabrik minyak sawit, minyak sisa, dsb.), bioenergi dari perkebunan kelapa sawit dapat memberikan efek mengurangi emisi gas rumah kaca. Beberapa contoh teknik produksi ini telah didaftarkan sebagai proyek berdasarkan Kyoto Protocol’s Clean Development Mechanism (CDM). 
Produk-produknya antara lain:
·         Minyak Sawit Mentah Berkadar Asam Lemak Tinggi = minyak non-kelas pangan produk samping yang dihasilkan dari buah brondol dan tandan buah segar yang sudah terlalu matang,
·     Minyak Kotor dan Minyak Efluen = Minyak dari proses sterilisasi, minyak sisa dalam air limbah dan minyak dari Filter Press cake atau Decanter Sludge. Distilat Asam Lemak Sawit  (PFAD) = produk samping kelas rendah dari penyulingan CPO.
·         SK = Serat Kosong dari proses Pabrik Minyak Sawit saat ini setelah memisah- misahkankan Biji Sawit.
·     TKKS = Tandan Kosong Kelapa Sawit dari proses Pabrik Minyak Sawit saat ini setelah memisahkan Buah Minyak Sawit dari Tandan Buah di belakang thresher.
·       Kulit Kelapa Sawit dari memecahkan biji kelapa sawit sebelum mengeluarkan Minyak Biji Kelapa, yang berguna sebagai bahan bakar biomassa padat Minyak Limbah Tangki Penyimpanan yang terkumpul di bawah kumparan pemanas. 
·         Minyak Jelantah dari restoran, hotel dan dapur besar
Tandan buah segar kelapa sawit harus diolah dalam waktu 24-48 jam sejak dipanen agar tidak mengalami penurunan kualiatas. Jika pengolahan tidak berjalan secara tepat waktu, maka produknya tidak lagi mememuhi persyaratan kelas pangan yaitu kandungan Asam Lemak Bebas (FFA) sekitar 5-6%. Bila dibandingkan dengan Malaysia, mengingat cepatnya perluasan lahan kelapa sawit di Indonesia dalam dua dasawarsa terakhir, investasi dalam infrastruktur industri  khususnya pabrik minyak telah mengalami kesulitan mengimbangi produksi tandan buah segar.
Hal ini terutama terjadi sementara penanaman diperluas jauh ke arah timur dari Sumatera ke wilayah-wilayah berlogistik kurang seperti Kalimatan, Sulawesi dan Papua. Jaringan jalannya  buruk dan di beberapa daerah terpencil sarana angkutan untuk pengiriman tandan buah bersifat terbatas atau melalui sungai. Sebagai akibat langsungnya, tingkat insiden tinggi, terutama yang tidak dilaporkan secara resmi, atau tandan buah segar yang tidak terpanen tepat waktu dan dikirim ke pabrik dalam waktu 24-48 jam agar kadar FFA-nya tidak naik.  Di samping itu, kapasitas pabrik kadang-kadang tidak cukup untuk melayani produksi petani kecil, karena prioritas diberikan kepada produksi dari perkebunan yang umumnya merupakan pemilik pabrik tersebut. Itu pun, dengan perkebunan-perkebunan ini, selama musim puncak tertentu yang ditandai dengan hujan yang sangat lebat, evakuasi seluruh kelebihan produksi tandan buah segar menjadi tidak mungkin dan tandan buah segar tersebut praktis dibuang dan dikubur. Masalah ini telah mengakibatkan munculnya pabrik mini yang kadang-kadang beroperasi  di kapal tunda, yang memproses tandan buah sawit yang umurnya kurang dari sehari, sehingga  mengakibatkan kadar Minyak Sawit Mentah Asam Lemak Bebas yang tinggi. Batas waktu praktis untuk menghancurkan tandan buah adalah sekitar dua minggu sebelum mulai membusuk karena terkena jamur dan terurai menjadi massa basah yang tidak layak diambil minyaknya. Oleh karena  itu, tandan buah segar dianggap sebagai hasil limbah dari perkebunan kelapa sawit yang tidak sampai masuk dalam rantai pengolahan makanan. Di samping itu, buah brondol yang terkumpul di titik pengumpulan rantai pasokan seringkali dibuang atau tidak terbeli.

Selain HFCPO(High Free Faty Acid Crude Palm Oil)/ CPO asam tinggi, masih ada sumber- sumber minyak limbah lain dari proses produksi minyak sawit pada fasa pabrikasi. Proses ini menghasilkan bubur dan minyak efluen serta minyak limbah tangki penyimpanan. Produk-produk ini sudah mulai dikumpulkan di seluruh Sumatera, khususnya di Medan, Padang, dan Palembang, dan kadang-kadang dijual di pasar dalam negeri dan internasional kepada pembeli bahan baku bahan bakar nabati berupa sabun, steric acid, deterjen dan kadang-kadang bahan baku nabati. Minyak limbah ini biasanya disimpan dalam drum bekas dan telah memiliki kadar FAA yang  sangat tinggi serta tingkat FFA dan kelembaban yang variatif serta kadar racun.   Pada tahun-tahun belakangan ini, amanat untuk mengembangkan bahan bakar nabati telah  meningkat di seluruh dunia dan di Indonesia. Produksi minyak sawit dan jarak Indonesia untuk biodisel dan singkong dan tebu untuk bioetanol mengalami kemajuan yang tidak stabil, dan menghadapi kritik karena menggunakan bahan pangan sebagai bahan bakar. Sebuah alternative sumber bahan baku yang memiliki ketersediaan yang signifikan telah muncul, yaitu produk samping buah kelapa sawit dan produksi minyak sawit yang bukan kelas pangan. Produk samping ini relatif berlimpah di Aceh, dan berpotensi memberikan sumbangan bagi produksi bahan bakar  nabati yang berkelanjutan untuk kebutuhan energi rumah tangga, bahan bakar industri pedesaan,  dan pembangkit tenaga listrik di Aceh. Yang menguntungkan, pembangkit ini tidak bergantung pada atau pun merupakan penggerak bagi perluasan industri minyak sawit. Pengolahan buah sawit menjadi CPO sebetulnya memiliki teknologi proses yang sangat sederhana, yaitu : rebus, peras, dan pisah. Atas dasar tiga hal tersebut inilah pengembangan pengolahan CPO dilaksanakan. Mulai dari yang paling sederhana sampai pada tingkat teknologi tinggi. Pengembangannya tentu dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produk yang diinginkan sesuai kebutuhan pasar. Dalam setiap proses industri, baik secara langsung maupun tidak langsung tentu akan menghasilkan limbah sebagai hasil samping. Oleh karena itu faktor ini tentunya juga tidak boleh diabaikan, semaksimal mungkin limbah yang dihasilkan dapat dioleh dan dimanfaatkanbaik bagi industri itu sendiri maupun bagi lingkungan sekitar. Asas lingkungan ini sangat berperan penting bagi keberlangsungan (sustainability) suatu industri, untuk itu perlu mentaati  aturan-atuan yang berlaku. 
Selengkapnya...

Senin, 26 September 2011

Kilas Sejarah Kelapa Sawit 1

Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia, melainkan berasal dari Afrika Barat. Tanaman ini pertama kali sebagai sentra plasma nuftah pada tahun 1848, yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Hasil dari tanaman yang telah tumbuh dibawa ke Deli (Sumatra Utara). Pada tahun 1869 kelapa sawit ditanam di Muara Enim (Sumatra Selatan) dan pada tahun 1878 di tanam di Muara Hulu serta pada tahun 1890 ditanam di Belitung.
Kebun industri kelapa sawit pertama kali dibuka pada tahun 1911 di tanah itam Ulu oleh Maskapai Oliepalmen Cultur dan di pulau Raja oleh Maskapai Huilleries de Sumatera – RCMA, kemudian oleh Seumadam Cultur Mij, dll. Sampai tahun 1915 baru mencakup areal seluas 2.715 Ha, yang ditanam bersamaan dengan tanaman lain seperti kopi, kelapa, karet dan tembakau.
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis.j.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak yang mempuyai prospek cukup cerah dimasa mendatang. Potensi yang dimiliki oleh tanaman ini adalah pada keanekaragaman kegunaan minyak dari kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai bahan mentah dalam industri pangan maupun non pangan.
Di Indonesia kelapa sawit sangat penting dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, karena digunakan sebagai komoditas andalan untuk ekspor maupun komoditi yang nantinya dapat diharapkan meningkatkan pendapatan atau menghasilkan devisa bagi negara, meningkatkan harkat petani perkebunan dan dapat juga memperluas lapangan pekerjaan yang mengurangi angka penganguran.

Selengkapnya...

Sebuah Renungan

Bila kau memandang segalanya dari Tuhanmu,
Yang mencipta segalanya, yang menimpakan ujian,
Yang menjadikan sakit hatimu, yang membuatkan keinginanmu terhalang
Dan menyusahkan hidupmu, Pasti akan damailah hatimu,

Karena tidak mungkin Dia sengaja mentakdirkan segalanya untuk sesuatu yang sia-sia,
Bukan dia tidak tahu deritanya hidupmu, retaknya hatimu,
Tetapi mungkin itulah yang Dia mau, karena Dia maha mengetahui,
Hati yang sebeginilah yang selalunya lebih lunak dan mudah untuk dekat dan
Akrab dengan-Nya.

Hai sahabat-sahabatku, marilah kita sama-sama berdoa
Agar diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi cobaan dan dugaan-Nya
Dipermudah urusan kita didunia dan akhirat,
Dimurahkan rezeki, dikaruniakan kesehatan yang baik,
Dilembutkan hati, dijauhkan dari perasaan hasad dan tamak,
Dan moga-moga do'a kita dikabulkan. Selengkapnya...