Selasa, 27 September 2011

Evaluasi Lahan



  • Tahap awal dari pembukaan perkebunan kelapa sawit adalah melakukan evaluasi lahan. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan terhadap satuan lahan yang telah ditetapkan berdasarkan hasil survei tanah. Evaluasi kesesuaian lahan didahului oleh kegiatan survei dan pemetaan tanah untuk mendeskripsikan satuan-satuan lahan. Evaluasi kesesuaian lahan didasarkan pada penilaian beberapa karakteristik lahan yang disesuaikan dengan syarat tumbuh tanaman kelapa sawit.

  • Pembangunan kebun kelapa sawit yang tidak didahului dengan evaluasi kesesuaian lahan akan menimbulkan banyak masalah pada waktu mendatang, khususnya yang berkaitan dengan kultur teknis, sehingga akan meningkatkan biaya pengelolaan kebun. Apabila evaluasi kesesuaian lahan dilakukan, maka berbagai faktor pembatas lahan dapat diatasi secara dini.

  • Hasil evaluasi kesesuaian lahan bermanfaat dalam pengelolaan kebun kelapa sawit, khususnya untuk mencapai produktivitas tanaman sesuai dengan potensi lahannya.
Selengkapnya...

Tentang Tanaman Kelapa Sawit

Minyak sawit berasal dari buah pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis), suatu spesies tropis  yang berasal dari Afrika Barat, namun kini tumbuh sebagai hibrida di banyak belahan dunia, termasuk Asia Tenggara dan Amerika Tengah. Minyak sawit menjadi minyak pangan yang paling banyak diperdagangkan secara internasional pada tahun 2007. Minyak yang relative murah ini digunakan untuk berbagai tujuan. Permintaan dunia akan minyak sawit telah melonjak dalam dua dasawarsa terakhir, pertama karena penggunaannya dalam bahan makanan, sabun, dan produk-produk konsumen lainnya, dan belakangan ini sebagai bahan baku mentah bahan bakar nabati. Naiknya tingkat kemakmuran di India dan Cina, kedua Negara importir terbesar di dunia, akan menambah permintaan akan minyak sawit dan minyak sayur yang dapat dimakan lainnya untuk berbagai kegunaan. Buah sawit adalah sumber bahan baku CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). CPO dihasilkan dari daging buah sawit, sedangkan PKO dihasilkan dari inti buahnya.   Sebuah alternatif sumber bahan baku potensial yang cukup banyak tersedia telah muncul, yaitu produk samping biomassa non-kelas pangan buah kelapa sawit dan produksi minyak sawit. Ini bukanlah sekedar menggunakan minyak dari buah kelapa sawit, melainkan mengkonversi seluruh biomassa yang diambil dari perkebunan kelapa sawit menjadi sumber  energi terbarukan. Dengan menggunakan biomassa dari perkebunan maupun sisa pengolahan dari produksi minyak sawit (serat, kulit, efluen pabrik minyak sawit, minyak sisa, dsb.), bioenergi dari perkebunan kelapa sawit dapat memberikan efek mengurangi emisi gas rumah kaca. Beberapa contoh teknik produksi ini telah didaftarkan sebagai proyek berdasarkan Kyoto Protocol’s Clean Development Mechanism (CDM). 
Produk-produknya antara lain:
·         Minyak Sawit Mentah Berkadar Asam Lemak Tinggi = minyak non-kelas pangan produk samping yang dihasilkan dari buah brondol dan tandan buah segar yang sudah terlalu matang,
·     Minyak Kotor dan Minyak Efluen = Minyak dari proses sterilisasi, minyak sisa dalam air limbah dan minyak dari Filter Press cake atau Decanter Sludge. Distilat Asam Lemak Sawit  (PFAD) = produk samping kelas rendah dari penyulingan CPO.
·         SK = Serat Kosong dari proses Pabrik Minyak Sawit saat ini setelah memisah- misahkankan Biji Sawit.
·     TKKS = Tandan Kosong Kelapa Sawit dari proses Pabrik Minyak Sawit saat ini setelah memisahkan Buah Minyak Sawit dari Tandan Buah di belakang thresher.
·       Kulit Kelapa Sawit dari memecahkan biji kelapa sawit sebelum mengeluarkan Minyak Biji Kelapa, yang berguna sebagai bahan bakar biomassa padat Minyak Limbah Tangki Penyimpanan yang terkumpul di bawah kumparan pemanas. 
·         Minyak Jelantah dari restoran, hotel dan dapur besar
Tandan buah segar kelapa sawit harus diolah dalam waktu 24-48 jam sejak dipanen agar tidak mengalami penurunan kualiatas. Jika pengolahan tidak berjalan secara tepat waktu, maka produknya tidak lagi mememuhi persyaratan kelas pangan yaitu kandungan Asam Lemak Bebas (FFA) sekitar 5-6%. Bila dibandingkan dengan Malaysia, mengingat cepatnya perluasan lahan kelapa sawit di Indonesia dalam dua dasawarsa terakhir, investasi dalam infrastruktur industri  khususnya pabrik minyak telah mengalami kesulitan mengimbangi produksi tandan buah segar.
Hal ini terutama terjadi sementara penanaman diperluas jauh ke arah timur dari Sumatera ke wilayah-wilayah berlogistik kurang seperti Kalimatan, Sulawesi dan Papua. Jaringan jalannya  buruk dan di beberapa daerah terpencil sarana angkutan untuk pengiriman tandan buah bersifat terbatas atau melalui sungai. Sebagai akibat langsungnya, tingkat insiden tinggi, terutama yang tidak dilaporkan secara resmi, atau tandan buah segar yang tidak terpanen tepat waktu dan dikirim ke pabrik dalam waktu 24-48 jam agar kadar FFA-nya tidak naik.  Di samping itu, kapasitas pabrik kadang-kadang tidak cukup untuk melayani produksi petani kecil, karena prioritas diberikan kepada produksi dari perkebunan yang umumnya merupakan pemilik pabrik tersebut. Itu pun, dengan perkebunan-perkebunan ini, selama musim puncak tertentu yang ditandai dengan hujan yang sangat lebat, evakuasi seluruh kelebihan produksi tandan buah segar menjadi tidak mungkin dan tandan buah segar tersebut praktis dibuang dan dikubur. Masalah ini telah mengakibatkan munculnya pabrik mini yang kadang-kadang beroperasi  di kapal tunda, yang memproses tandan buah sawit yang umurnya kurang dari sehari, sehingga  mengakibatkan kadar Minyak Sawit Mentah Asam Lemak Bebas yang tinggi. Batas waktu praktis untuk menghancurkan tandan buah adalah sekitar dua minggu sebelum mulai membusuk karena terkena jamur dan terurai menjadi massa basah yang tidak layak diambil minyaknya. Oleh karena  itu, tandan buah segar dianggap sebagai hasil limbah dari perkebunan kelapa sawit yang tidak sampai masuk dalam rantai pengolahan makanan. Di samping itu, buah brondol yang terkumpul di titik pengumpulan rantai pasokan seringkali dibuang atau tidak terbeli.

Selain HFCPO(High Free Faty Acid Crude Palm Oil)/ CPO asam tinggi, masih ada sumber- sumber minyak limbah lain dari proses produksi minyak sawit pada fasa pabrikasi. Proses ini menghasilkan bubur dan minyak efluen serta minyak limbah tangki penyimpanan. Produk-produk ini sudah mulai dikumpulkan di seluruh Sumatera, khususnya di Medan, Padang, dan Palembang, dan kadang-kadang dijual di pasar dalam negeri dan internasional kepada pembeli bahan baku bahan bakar nabati berupa sabun, steric acid, deterjen dan kadang-kadang bahan baku nabati. Minyak limbah ini biasanya disimpan dalam drum bekas dan telah memiliki kadar FAA yang  sangat tinggi serta tingkat FFA dan kelembaban yang variatif serta kadar racun.   Pada tahun-tahun belakangan ini, amanat untuk mengembangkan bahan bakar nabati telah  meningkat di seluruh dunia dan di Indonesia. Produksi minyak sawit dan jarak Indonesia untuk biodisel dan singkong dan tebu untuk bioetanol mengalami kemajuan yang tidak stabil, dan menghadapi kritik karena menggunakan bahan pangan sebagai bahan bakar. Sebuah alternative sumber bahan baku yang memiliki ketersediaan yang signifikan telah muncul, yaitu produk samping buah kelapa sawit dan produksi minyak sawit yang bukan kelas pangan. Produk samping ini relatif berlimpah di Aceh, dan berpotensi memberikan sumbangan bagi produksi bahan bakar  nabati yang berkelanjutan untuk kebutuhan energi rumah tangga, bahan bakar industri pedesaan,  dan pembangkit tenaga listrik di Aceh. Yang menguntungkan, pembangkit ini tidak bergantung pada atau pun merupakan penggerak bagi perluasan industri minyak sawit. Pengolahan buah sawit menjadi CPO sebetulnya memiliki teknologi proses yang sangat sederhana, yaitu : rebus, peras, dan pisah. Atas dasar tiga hal tersebut inilah pengembangan pengolahan CPO dilaksanakan. Mulai dari yang paling sederhana sampai pada tingkat teknologi tinggi. Pengembangannya tentu dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produk yang diinginkan sesuai kebutuhan pasar. Dalam setiap proses industri, baik secara langsung maupun tidak langsung tentu akan menghasilkan limbah sebagai hasil samping. Oleh karena itu faktor ini tentunya juga tidak boleh diabaikan, semaksimal mungkin limbah yang dihasilkan dapat dioleh dan dimanfaatkanbaik bagi industri itu sendiri maupun bagi lingkungan sekitar. Asas lingkungan ini sangat berperan penting bagi keberlangsungan (sustainability) suatu industri, untuk itu perlu mentaati  aturan-atuan yang berlaku. 
Selengkapnya...

Senin, 26 September 2011

Kilas Sejarah Kelapa Sawit 1

Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia, melainkan berasal dari Afrika Barat. Tanaman ini pertama kali sebagai sentra plasma nuftah pada tahun 1848, yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Hasil dari tanaman yang telah tumbuh dibawa ke Deli (Sumatra Utara). Pada tahun 1869 kelapa sawit ditanam di Muara Enim (Sumatra Selatan) dan pada tahun 1878 di tanam di Muara Hulu serta pada tahun 1890 ditanam di Belitung.
Kebun industri kelapa sawit pertama kali dibuka pada tahun 1911 di tanah itam Ulu oleh Maskapai Oliepalmen Cultur dan di pulau Raja oleh Maskapai Huilleries de Sumatera – RCMA, kemudian oleh Seumadam Cultur Mij, dll. Sampai tahun 1915 baru mencakup areal seluas 2.715 Ha, yang ditanam bersamaan dengan tanaman lain seperti kopi, kelapa, karet dan tembakau.
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis.j.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak yang mempuyai prospek cukup cerah dimasa mendatang. Potensi yang dimiliki oleh tanaman ini adalah pada keanekaragaman kegunaan minyak dari kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai bahan mentah dalam industri pangan maupun non pangan.
Di Indonesia kelapa sawit sangat penting dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, karena digunakan sebagai komoditas andalan untuk ekspor maupun komoditi yang nantinya dapat diharapkan meningkatkan pendapatan atau menghasilkan devisa bagi negara, meningkatkan harkat petani perkebunan dan dapat juga memperluas lapangan pekerjaan yang mengurangi angka penganguran.

Selengkapnya...

Sebuah Renungan

Bila kau memandang segalanya dari Tuhanmu,
Yang mencipta segalanya, yang menimpakan ujian,
Yang menjadikan sakit hatimu, yang membuatkan keinginanmu terhalang
Dan menyusahkan hidupmu, Pasti akan damailah hatimu,

Karena tidak mungkin Dia sengaja mentakdirkan segalanya untuk sesuatu yang sia-sia,
Bukan dia tidak tahu deritanya hidupmu, retaknya hatimu,
Tetapi mungkin itulah yang Dia mau, karena Dia maha mengetahui,
Hati yang sebeginilah yang selalunya lebih lunak dan mudah untuk dekat dan
Akrab dengan-Nya.

Hai sahabat-sahabatku, marilah kita sama-sama berdoa
Agar diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi cobaan dan dugaan-Nya
Dipermudah urusan kita didunia dan akhirat,
Dimurahkan rezeki, dikaruniakan kesehatan yang baik,
Dilembutkan hati, dijauhkan dari perasaan hasad dan tamak,
Dan moga-moga do'a kita dikabulkan. Selengkapnya...

Kamis, 22 September 2011

Kemunafikan ku dalam Kata...?

Ketahuilah, sebelum berkata-kata, sesungguhnya kata-kata itu tawanan kita. Akan tetapi, sesudah ia terlontar dari lisan, justru kitalah yang ditawan oleh kata-kata sendiri. Buktinya, betapa banyak orang yang sengsara, menanggung malu, terbeban batinnya, bahkan membuat nyawanya melayang gara-gara kata-kata salah ucap, yang keluar dari mulutnya sendiri. Begitu banyak contoh nyata dalam kejadian atau kehidupan sehari-hari yang boleh membuktikan semua ini.
Mungkin suatu ketika kita terbaca di Koran tentang isu pergaulan bebas para remaja. Biasanya mulut ini begitu gatal untuk segera memberikan pendapat. Mereka sebenarnya adalah korban dari ketidak mampuan ibu bapak mereka dalam mendidik anak-anak mereka sendiri. Atau, kadangkala kita berkumpul bersama teman-teman, tidak bisa tidak, kita sering antara sadar dan bahkan menikmati, terjebak dalam perbuatan ghibah, mengumbar-umbar aib orang lain dan keburukan orang lain, teman,atau bahkan beberapa sikap perilaku ibu bapak sendiri yang dalam penilaian hawa nafsu kita, tidak kita sukai.
Nah, apabila kita acap atau kerap kali mudah menggelincirkan lisan ini kedalam perbuatan-perbuatan demikian,maka pertanyaan yang harus segera diajukan terhadap diri sendiri adalah, patutkah saya berkata-kata?, mengapa aku harus terikut-ikut memberikan penilaian, padahal kita sendiri mungkin tidak tahu permasalahan yang sebenarnya? Subhanallah! Siapapun yang ingin memiliki lisan yang bernilai serta kata-kata yang mengandung kekuatan hebat untuk mengubah orang lain menjadi lebih baik, satu hal yang harus direnungkan, yakni bahwa kekuatan terbesar daripada kata-kata kita adalah harus membuat orang senantiasa mendapatkan manfaat dari apapun yang kita ucapkan.
Kalau hanya sekadar berkata-kata, padahal kita sendiri tidak tahu ia membawa manfaat atau tidak maka sebaiknya kita diam saja. Berkata-kata itu baik dan boleh-boleh saja, namun diam itu jauh lebih baik jika kata-kata yang kita ucapkan itu tidak membawa manfaat. Kalaupun kita memandang perlu untuk berkata-kata, maka sebaiknya berikan yang terbaik kepada orang yang mendengarkannya dengan kata-kata yang indah, paling tulus, paling bersih dari segala niat dan motivasi yang tidak lurus. Usahakanlah kata-kata yang keluar daripada lisan ini kita kemas sedemikian rupa, sehingga membawa manfaat dan maslahat atau faedah baik bagi diri sendiri maupun bagi jalan hidup serta tumbuhnya motivasi, kehendak, ataupun tekad seseorang. 
Percayalah, diam itu emas. Orang yang sanggup memelihara lisannya akan lebih kuat wibawanya daripada orang yang gemar menghamburkan kata-kata, tetapi kosong makna. Berusahalah senantiasa agar kata-kata yang kita ucapkan benar-benar bersih dari penambahan-penambahan dan rekayasa-rekayasa yang tiada artinya.
Selengkapnya...